Parkinson Law

“I’m young; I’m handsome; I’m fast. I can’t possibly be beat.” (Muhammad Ali)

Kata Parkinson dan quotes di atas mengingatkan kita kepada Muhammad Ali, The Greatest. Petinju terbesar sepanjang masa ini menghabiskan waktu tuanya bertarung dengan parkinson disease. Tapi kali ini kita tidak akan membahas mengenai parkinson pada Muhammad Ali, tetapi lebih kepada penyakit yang umumnya ada di organisasi. Parkinson law diartikan sebagai “work expands so as to fill the time available for its completion”. Jadi kalau manusia dikasih pekerjaan dan banyak waktu luangnya, dia akan kreatif mengisi waktu luangnya dengan akitivitas lain. Sayangnya aktivitas ini tidak terkait, dan ataupun bila terkait tidak menambah kualitas hasil. Ini menjadi alasan utama sebuah posisi perlu dihitung beban kerjanya.

Mengapa harus dihitung beban kerjanya? Karena beban kerja dengan alokasi yang tepat akan meghasilkan produktivitas yang optimal. Perhitungan beban kerja juga bisa dijadikan dasar alokasi jumlah manusia yang tepat untuk pelaksanaan tugas. Perhitungan beban kerja juga memberi informasi berapa waktu luang pada suatu posisi, sehingga organisasi bisa lebih mengetatkan beban tugas. Waktu luang berarti tambahan kerja yang tidak terlalu related sama pekerjaan, dan dalam jangka panjang malah membuat organisasi semakin besar dan inefisien. Kondisi Parkinson law ini terjadi di seluruh bentuk organisasi, namun umumnya ditemukan pada birokrasi. Struktur berjenjang dan rigid tidak memberikan fleksibilitas yang cukup untuk seseorang bisa berpindah tugas atau membantu pekerjaan di tempat lain.

Terdapat hubungan yang positif antara beban kerja dengan alokasi waktu yang diberikan. Semakin tinggi beban kerja, maka akan semakin banyak waktu yang dialokasikan. Namun pada suatu titik hubungan keduanya mencapai produktivitas optimal, dan setelah itu menurun. Oleh karena itu perencana organisasi yang baik akan lebih merekomendasikan memulai suatu organisasi dengan jumlah manusia yang sedikit, dan kemudian sambil berjalan beban akan dievaluasi sehingga diperoleh jumlah yang ideal. Permasalahan timbul ketika yang merencana organisasi mengakomodasi dan tidak memverikasi beban tugas berdasarkan masukan incumbent, hasilnya selalu waktu luang yang besar karena manusia biasanya selalu menghindari waktu kerja yang ketat. Sehingga secara total organisasi inefisien.

Bekerja dalam sebuah tim juga berpotensi besar mengalami kondisi parkinson law. Pertama, rencana kerja biasanya diberikan alokasi waktu luang. Kedua, setiap individu memiliki gaya bekerja yang berbeda. Dengan demikian dalam menyelesaikan sebuah kerja tim, ada orang yang memang memanfaatkan waktu dengan baik tetapi ada juga yang terlalu santai mengerjakan pekerjaan yang menjadi tugasnya. Sehingga produktvitas tidak optimal. Atasan harus mampu menyusun alokasi waktu berdasarkan bawahan yang etos kerjanya baik, kalau tidak produktivitas akan menurun.

Kesimpulannya, menyusun sebuah organisasi bukanlah menyusun kotak-kotak jabatan saja, namun perlu juga dihitung beban kerja yang optimal. Perlu dihindari perhitungan atas dasar intuisi dan pengalaman saja, namun dilakukan secara ilmiah. Menyulitkan memang, namun dalam jangka panjang memberikan organisasi yang efektif dan efisien. Kecuali anda memang kurang peduli untuk bekerja efektif dan efisien, enjoy saja beban tugas yang rendah. Boleh asyik sendiri, tapi ingat jangan merugikan organisasi ya bro!