Pemimpin Jawara Masa VUCA

Thanks to COVID-19, dunia saat ini adalah dunia yang jauh berbeda dari sebelumnya.

Dunia ketika memakai masker dan menjaga jarak bisa menyelamatkan nyawa. Dunia ketika interaksi dengan keluarga, teman, kolega, dan guru sekolah dilakukan dengan menatap layar sebuah gadget. Dunia ketika jutaan orang kehilangan pekerjaan,bisnis bertumbangan, dan ekonomi terpuruk dalam hitungan bulan.

Kemudian, setiap dari kita mungkin bertanya-tanya: Akan seperti apa kondisi dalam 6 bulan atau 1 tahun ke depan? Apakah pandemi COVID-19 akan sudah berakhir? Apakah bisnis yang saya rintis mampu bertahan? Apakah saya akan kehilangan pekerjaan? Kapan ekonomi akan pulih?

Dunia yang penuh ketidakpastian seperti ini tentunya membuat gelisah. Terlebih lagi bagi seorang Pemimpin. Tidak hanya harus mengatasi kegelisahannya sendiri, Pemimpin harus bisa memimpin organisasi dan orang yang ada di dalam organisasi tersebut menghadapi kondisi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity) seperti ini. Ibarat seorang nahkoda kapal yang menghadapi badai besar, nahkoda harus mampu memimpin seluruh awak kapal agar kapal tidak karam dan tentunya melewati badai yang entah kapan selesai dengan selamat.

Berikut adalah beberapa hal yang kami harap dapat membantu Pemimpin menghadapi kondisi dunia saat ini yang tentunya menjadi tantangan kita bersama:

1) Believe in yourself

Tidak seorang Pemimpin di dunia ini memiliki buku manual bagaimana menghadapi kondisi dunia saat ini. And leadership takes courage after all. Pemimpin harus memiliki keyakinan dan kepercayaan diri bahwa dirinya mampu memimpin dalam kondisi ketidakpastian, walaupun selangkah demi selangkah. Menurut Forbes, hal ini dinamakan “self-certainty” yang dapat dibangun dengan menanamkan dalam diri nilai-nilai seperti integritas, optimisme, keberanian, tujuan. Riset menunjukkan bahwa Pemimpin dengan “self-certainty” mampu menghadapi kondisi sulit dengan lebih tenang. Ketenangan semacam ini diperlukan karena berbanding lurus dengan kemampuan kognitif yang diperlukan untuk membuat keputusan yang rasional dan tepat sasaran dalam kondisi yang penuh tantangan.

Sebagai manusia yang pertama kali menginjakkan kaki di bulan, Buzz Aldrin tentunya paham betul bagaimana menghadapi sesuatu yang penuh dengan ketidakpastian. Dia berpendapat bahwa resep kesuksesan adalah percaya penuh kepada diri sendiri.

To succeed in any environment, you have to believe in yourself. You must have an unshakable confidence in your own ability to achieve your goals and get the job done.”

Buzz Aldrin

Kepercayaan diri seorang Pemimpin juga dapat didapat dengan memahami kelebihan dan kapabilitas diri, memahami kondisi dan tantangan yang sedang dihadapi, memegang teguh tujuan dan nilai organisasi, dan memiliki rencana yang jelas untuk bergerak maju dalam kondisi sulit.

2) Communicate well

Perlu diingat, Pemimpin menghadapi kondisi seperti ini tidak sendirian tetapi bersama-sama dengang orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin dapat berkomunikasi secara rutin, terbuka, dan penuh empati kepada pengikutnya tidak hanya untuk memastikan mereka mendapatkan informasi yang dibutuhkan tetapi juga dapat meminta kerja sama mereka dalam menghadapi kondisi sulit ini secara bersama-sama. Komunikasi seperti ini dibutuhkan untuk membangun sense of crisis dan trust yang dibutuhkan dalam menghadapi kondisi sulit.

Mari kita memakai analogi kondisi dalam pesawat terbang. Ketika pesawat mengalami turbulensi, Kapten pesawat segera memberitahukan melalui pengeras suara bahwa pesawat akan mengalami turbulensi dalam beberapa saat ke depan dan meminta kerja sama penumpang untuk tetap duduk di bangku dan memakai sabuk pengaman demi keselamatan bersama. Informasi yang diberikan sang Kapten membangun sense of crisis dan trust pada penumpang karena memberikan gambaran bahwa ke depan akan terjadi hal yang kurang nyaman dan memberitahukan bagaimana cara menghadapinya agar semua selamat. Penumpang menjadi aware, alert, sekaligus tenang karena mendapat the sense of how to navigate this uncomfortable situation. Kapten pun akan menginformasikan jika kondisi sudah kembali normal.

Coba bayangkan apabila terjadi turbulensi dalam pesawat tetapi Kapten pesawat tidak bersuara sama sekali. Ngeri ya..

3) Take good care of yourself

Ketidakpastian akan masa datang dapat menyebabkan kegelisahan (anxiety) pada Pemimpin yang dapat mengurangi efektivitas dalam kepemimpinan. Harvard Business Review menyebut kegelisahan yang tidak dikelola dengan baik sebagai “Shadow of Intelligence“.

Kegelisahan tidak perlu dihilangkan karena hal tersebut merupakan respon natural manusia yang merupakan mekanisme bertahan ketika menghadapi ancaman. Kegelisahan harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin sehingga Pemimpin bersemangat dalam menemukan solusi terbaik untuk menghadapi tantangan bersama dengan organisasi dan orang-orang yang dipimpinnya.

Overall, Pemimpin harus menjaga kesehatan dirinya – body, mind, and soul – dalam menghadapi dunia saat ini. Dan yang paling mengetahui bagaimana memelihara kondisi kesehatan diri adalah diri masing-masing. Ada yang dengan berolahraga, ada yang dengan sharing kepada orang yang terdekatnya, dan sebagainya. Penting juga untuk merayakan keberhasilan-keberhasilan kecil untuk meningkatkan semangat.

—-

Ada yang mengatakan bahwa Pemimpin ditempa dalam kondisi krisis. Tentu saja. Dan Pemimpin tentunya akan diingat oleh banyak orang bagaimana dia bertindak dan merespon tantangan dan kesulitan yang dihadapi dalam kondisi krisis tersebut.

Dalam menghadapi kondisi VUCA saat ini yang disebabkan pandemi global, mari kita bersama-sama memiliki keyakinan bahwa kita pasti bisa melewati semua ini dan keluar sebagai individu dan masyarakat dunia yang lebih baik, lebih kuat. Mengintisarikan pidato Gubernur New York City Andrew Cuomo sebagaimana dikutip oleh Harvard Business Review: “We are New Yorkers, strong, smart, unified, and loving. We’ve been tested before and emerged triumphant. We will do the same again.”

And, thanks to COVID-19, true leaders will emerge out of this.