Coward Boss

Hmmm… Pernah ga punya bos yang sering kabur-kaburan alias menghindar ketika harus ngambil keputusan sulit? Atau… Pernah ga punya bos yang ngelempar kesalahan ke anak buah padahal jelas-jelas dia yang salah? Kalau jawabannya iya, itu salah satu tanda kalau bos kamu “coward boss”. Kira-kira, suasana kerja enak ga ya kalau dipimpin sama “coward boss”? Nular ga ya perilaku “coward boss” ke anak buah kalau terus-terusan dilakuin?

Jika boleh memilih, sebagai bawahan, kita ingin mendapatkan figur Atasan yang dapat menjadi role model bagi kita, berani dalam memimpin dan mengambil keputusan, dan berperilaku yang menunjukkan bahwa Atasan kita pantas disebut pimpinan dan pantas mendapatkan remunerasi yang didapatkannya.

Tapi, kadang kita mendapat Atasan yang tidak ideal, bahkan ada yang mendapatkan Atasan yang pengecut (coward boss). Berikut beberapa ciri dari Atasan yang penakut:

  1. Tidak berani menetapkan visi dan “yes person”. Menetapkan sebuah visi membutuhkan keberanian dan tanggung jawab dan Atasan yang penakut pasti tidak berani melakukannya. Atasan yang penakut menunggu perintah dari Atasannya. Dan apa yang terjadi apabila Atasan yang penakut itu sebenarnya tidak sependapat dengan Atasannya? Apa mereka berani untuk berpendapat? Tentu tidak. They simply do not speak up untuk setidaknya mengutarakan hal apa yang dirasa tidak sependapat atau hal yang diyakini benar. They simply say yes.
  2. Menghindari keputusan sulit dan tidak suka perbedaan pendapat. Ketika diharuskan untuk memutuskan hal yang sulit, bos penakut menghindarinya. Ketika terjadi perbedaan pendapat dengan bawahannya, coward boss tidak membuka diskusi untuk membahas perbedaan tersebut. Mereka menggunakan kekuasaannya untuk memutus karena “I am the boss”. Ketika banyak bawahannya tidak sependapat dengan coward boss, mereka bahkan bisa dengan sengaja menghindari face-to-face meeting untuk membahas isu tersebut secara bersama-sama dan menggunakan strategi divide and conquer dengan berbicara kepada masing-masing bawahannya. Coward boss tidak suka dikoreksi dan lupa bahwa dia sebenarnya tidak tahu segalanya.
  3. Melemparkan kesalahannya kepada orang lain. Ketika coward boss melakukan kesalahan, bukannya mengakui kesalahannya dan mengambil tanggung jawab, mereka akan melemparkan kesalahannya kepada orang lain untuk menutupi kesalahan mereka. Mereka tidak suka dicap gagal. Jadi, kalau bos kamu seperti ini, jangan harap mereka berani pasang badan buat kamu di depan orang lain ya kalau kamu melakukan kesalahan.

Sebenarnya, apa sih yang membuat seorang atasan menjadi penakut? Ada yang berpendapat karena mereka dibesarkan di lingkungan seperti itu sehingga ketika saatnya mereka menjadi Atasan, mereka berperilaku seperti itu. Ada juga pendapat Tom Kolditz – Direktur Leadership Development Program di Yale School of Management, yang mengatakan penyebab Atasan membuat ‘cowardly decision’ adalah mencari aman untuk diri sendiri. Cari aman di sini bisa bermacam-macam motivasinya, bisa karena alasan ekonomi (takut dipecat), bisa juga karena takut kehilangan posisi, dan lain-lain.

Pada akhirnya, yang akan dirugikan adalah organisasi. Behavior yang suka dianggap sepele ini sebenarnya merusak karena akan membentuk kultur organisasi, membuat suasana kerja tidak nyaman dan merusak team trust, mengurangi kualitas deliverable pekerjaan, dan masih banyak lagi dampak lainnya. Bawahannya akan mengadopsi kebiasaan buruk coward boss tanpa disadari sama sekali. Organisasi harus menaruh perhatian khusus terhadap behavior pimpinan seperti ini.