Pandemic Life?

Ada yang sudah pernah nonton film Contagion, The Flu, atau Train to Busan? Bagi yang sudah menonton ketiga film tersebut pasti tahu betul bahwa film tersebut memiliki kesamaan dengan situasi dan kondisi yang kita alami dan jalani sekarang selama kurang lebih 1.5 tahun. Penyebarann virus mematikan menyerang suatu negara hingga memakan banyak korban jiwa. Rasanya seperti skenario sebuah film ya keadaan kita sekarang? Jujur tidak pernah terlintas dibenak saya sedikit pun menjalani kehidupan seperti itu.

Kita (dan hampir seluruh manusia di belahan dunia) sudah menjalankan kehidupan ‘new normal’ selama ini. Seketika dunia dituntut untuk berubah dengan cepat dan manusia terpaksa melakukan kebiasaan baru. Sebenarnya apa saja sih hikmah dan pembelajaran yang bisa kita ambil dari pandemi ini bagi diri sendiri dan suatu organisasi?

Bagi diri sendiri tentunya ada dampak positif dan negatif yang kita rasakan. Kita bahas yang positif dulu ya.
1. Waktu dengan keluarga. Tentunya kita menjadi mempunyai lebih banyak waktu berkualitas dengan keluarga. Dulu banyaknya waktu yang terbuang untuk komuter rumah-kantor sekarang bisa digunakan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat, misalnya seperti memasak, olahraga, bermain dengan anak, memandikan anak, dan lain-lain. Contoh nyata seperti sumber dari CNN pada Kamis (22/4/2021), Art Markman, seorang Professor di Departemen Psikologi University of Texas di Austin, mencatat bahwa beberapa orang telah menggunakan waktu mereka untuk berolahraga, yang selama ini dihabiskan untuk perjalanan sehari-hari mereka saja.
2. Hobi baru. Pasti banyak diantara kita yang juga ‘ikut’ memiliki hobi baru seperti kolektor tanaman hias, ikan cupang, bersepeda, atau memasak. Memang terdengar unik karena banyaknya waktu yang bisa digunakan dirumah disalurkan untuk hal yang positif dan membuat imunitas semakin baik.
3. Peka terhadap kesehatan dan lingkungan yang menjadi lebih bersih. Berkurangnya penggunaan kendaraan bermotor dan pesawat dapat mengurasi emisi karbondioksida di lingkungan sekitar. Sehingga udara menjadi lebih bersih dan membuat semakin banyak orang yang mau berjalan kaki atau wisata ke alam untuk kesehatan fisik dan mentalnya. Selain itu, dikutip dari situs British Medical Journal, pandemi memberikan dampak positif pada perubahan perilaku manusia. Publik menjadi lebih serius dalam menanggapi pesan kesehatan masyarakat dan lebih peduli terhadap kesehatan.

Sedangkan dampak negatif virus corona yang hingga saat ini sedang dialami semua orang hampir di setiap negara, tak hanya berdampak pada kesehatan tapi juga pada berbagai aspek kehidupan lainnya. Meningkatnya tingkat stress juga menjadi dampak tidak langsung yang dirasakan. Hingga kini belum diketahui kapan pandemi COVID-19 selesai, sehingga yang bisa dilakukan adalah menerapkan usaha pencegahan demi melindungi diri, keluarga, dan sekitar.

Banyaknya sektor-sektor bisnis yang harus lay-off, merugi, bahkan gulung tikar membuat ekonomi di Indonesia masih di jurang resesi. Sebagai suatu organisasi banyak yang bisa dipelajari dengan pandemi ini. Berdasarkan hasil survei Badan Perencanaan dan Pengembangan Ketenagakerjaan (Barenbang Naker) menyebutkan sebanyak 40,6% perusahaan mengatakan bahwa kondisi perusahaannya sangat merugi di masa pandemi Covid-19. Sementara 47,4% menjawab perusahaannya merugi.

Organisasi dituntut untuk dapat adaptif menghadapi situasi yang serba baru dan 180% berbeda dari biasanya. Seperti artikel dari McKinsey&Company, The Future of Work: Understanding what’s temporary and what’s transformative, menyatakan bahwa suatu organisasi harus dapat mengevaluasi 3 area kunci yang tidak hanya muncul karena adanya pandemi tetapi juga berkembang pasca pandemi. 1. Perubahan sementara pada sistem operasional karena merespon krisis pandemi. 2. Perubahan permanen pada cara bekerja sehari-hari. Suatu organisasi sekarang dituntut untuk dapat melakukan transformasi digital dan otomasi proses bisnis agar dapat ‘bertahan’ di era pandemi ini. 3. Jenis/tipe pekerjaan baru yang muncul karena pandemi.

Selain itu, data dari McKinsey Global Institute menyatakan bahwa 20-25% tenaga kerja dapat bekerja dari jarak jauh (remote) selama 3 hari atau lebih dalam seminggu di perekonomian yang maju. Banyak pekerja yang juga sependapat dengan data tersebut, termasuk saya, mengapa? Mengutip pernyataan Adam Grant terkait produktivitas adalah suatu tujuan dan proses, bukan suatu tempat. Yang didorong oleh mengapa dan bagaimana kita bekerja, bukan tempat dimana kita bekerja. Fleksibilitas yang menjadi kunci. Pekerja yang diberikan kesempatan atau dilibatkan untuk memberikan suara dalam proses pengambilan keputusan, akan lebih ‘attach’ pada organisasinya dan bekerja dengan produktif.

Jadi, apakah organisasi tempat anda bekerja sudah siap dengan perubahan besar yang akan terjadi pasca pandemi selesai? Pandemi covid ini menjadi turning point bagi organisasi untuk dapat adaptif dan agile. Dan apakah kita semua juga akan berubah tingkah laku dan kebiasaannya dalam menjalani kehidupan sehari-hari?